Kenapa ibu hamil lebih peka pada bau. Beberapa ibu hamil sepertinya memiliki daya penciuman yang lebih kuat
daripada sebelumnya. Ini bukan berarti ibu hamil berubah menjadi manusia
dengan hidung super. Lalu apa penyebabnya?
Meningkatnya kemampuan penciuman disebut sebagai hiperosmia. Dikutip dari Huffington Post,
sekitar dua per tiga perempuan mengatakan indra penciuman mereka lebih
kuat saat hamil. Sebuah studi melaporkan perempuan hamil sensitif pada
bau-bauan sepetti makanan goreng, asap rokok, makanan basi, parfum dan
rempah-rempah.
Debri Widya, mengaku pada saat hamil penciumannya menjadi lebih sensitif
pada bau-bauan tertentu. Penciuman yang lebih sensituf dirasakan Debri
sejak kehamilannya memasuki usia empat bulan.
"Aku sensitif sama
bau sampah dan bawang. Kalau ngelewatin tempat pembuangan sampah di
pinggir jalan, aku mau muntah. Pernah sampai muntah juga,"
Padahal
sebelum hamil, Debri biasa melewati tempat pembuangan sampah tersebut
dan tidak pernah merasakan apapun. Selain sampah, penciuman Debri juga
sensitif terhadap bawang. Alhasil setiap kali ada aktivitas memasak di
rumahnya, pintu dapur akan selalu ditutup.
Tak
cuma itu, bau asam keringat dan asap kendaraan yang menempel di pakaian
pun membuat Debri tidak nyaman. "Aku nggak mau dekat-dekat suami kalau
dia habis pulang kerja, bau asem sama bau knalpot bikin pusing karena
dia naik motor," tutur perempuan berkacamata ini.
Debri mengakui
penciumannya memang lebih tajam pada saat hamil. Pernah suatu kali di
kantor dia mencium bau makanan basi. Padahal teman-teman lain tidak
menciumnya. Usut punya usut, ternyata di laci meja salah satu temannya
tempat makan yang belum dicuci, sehingga memang tercium bau makanan
basi.
Setelah Debri melahirkan si kecil Tisha, Juli 2014 lalu,
dia mengaku penciumannya tidak setajam dulu. Tapi sedikit lebih tajam
daripada saat sebelum hamil.
Beberapa studi pernah digelar untuk
meneliti ambang deteksi aroma saat hamil dan saat tidak hamil. Namun
dalam sebuah studi yang melibatkan enam aroma berbeda, ternyata tidak
ada perbedaan dalam deteksi ambang batas antara kedua kelompok.
Karena
ada inkonsistensi yang dialami ibu hamil terkait penciuman, maka
disimpulkan perempuan hamil tidak selalu memiliki penciuman yang lebih
kuat. Meskipun memang mungkin lebih baik dalam mengidentifikasi bau.
Penelitian
lainnya menemukan perempuan hamil lebih mungkin untuk menilai berbagai
bau yang secara signifikan kurang menyenangkan ketimbang mereka yang
tidak hamil. Hal ini dikaitkan dengan kondisi di awal kehamilan yang
umumnya tubuh menolak beberapa macam makanan tertentu. Bisa jadi ini
karena makanan tersebut dirasa tidak baik atau beracun bagi perkembangan
janin, sehingga 'sensitivitas jijik' memotivasi para ibu untuk
menghindari paparan kontaminan. Mungkin ini bisa menjelaskan kenapa ibu
hamil sensitif pada bau asap rokok dan makanan basi.
Itulah mengapa ibu hamil lebih peka terhadap bau, semoga bermanfaat bagi para bunda semua 😊😊
Friday, 13 November 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment